♥ BELAJAR MENCINTAI DENGAN TULUS ♥
Pengucapan kata-kata penuh mesra, adalah bagian dari ekspresi cinta kasih
seseorang kepada kekasih hatinya terutama kepada istri/suami
tercinta.Sebagai bentuk ekspresi dan apresiasi cinta, terkadang
pernyataan itu disampaikan dalam dua bentuk kalimat dengan esensi yang
hampir sama, seperti dua bentuk pernyataan dibawah ini :
Sedangkan
bentuk kalimat yang kedua mengungkapkan : “Aku membutuhkanmu karena aku
cinta padamu…” Sepertinya ada kemiripan dalam mengungkapkan kedua
kalimat tersebut. Akan tetapi, apabila diperhatikan secara cermat, kedua
kalimat tersebut mempunyai perbedaan mendasar, terutama pada sisi
pengertian atau makna yang terkandung di dalamnya.
Perbedaan
terletak pada apakah ada nilai ketulusan dari orang yang mengucapkannya.
Dalam menjalani hubungan sehari-hari dengan orang yang kita cintai
(suami/istri), memang sudah selayaknya kita melakukannya dengan penuh
ketulusan. Tidaklah baik kiranya apabila dalam menjalani rumah tangga,
salah satu pihak selalu memperhitungkan atau mempertimbangkan segala
sesuatunya.
Ketika ada indikasi sikap tersebut tetap
dipertahankan, maka sikap tersebut pada suatu waktu nanti akan dapat
menjadi kerikil tajam sumber perpecahan atau pertengkaran, yang akhirnya
bisa menjadi penyebab runtuhnya hubungan cinta kasih antar pasutri.
Karena Ketulusan itu tidak menuntut…(ho..ho..ho..)
Terima apa
adanya..{ hmm..hmmm} Terlalu banyak menuntut hanya akan berujung pada
kepentingan pribadi, sehingga tidak akan mampu menambahkan kedewasaan
hubungan. Dalam hubungan, jangan mencemari hati dan cinta dengan banyak
tuntutan, karena bisa-bisa malah merapuhka hubungan. Jangan banyak
mengeluh kepada pasangan, tapi ucapkan syukur dalam setiap menghadapi
kekalutan hidup. Sikap untuk belajar memberi yang terbaik untuk
pasangan, akan semakin memperbesar kesetiaan cinta kepada pasangan Anda
Ketulusan
itu, tidak mengharapkan adanya sikap balas budi… karena dalam perbuatan
tulus, ada pengorbanan… Oleh karena perbuatan sebuah tindakan yang
didasarkan pada ketulusan hati, seseorang akan dapat memberikan
kebahagiaan kepada orang lain karena perbuatan yang dilandasi ketulusan
tersebut, telah membuka pintu harapan (bahkan mungkin pula pintu
kehidupan) kepada orang lain yang menerima perbuatan tulus tersebut.
Terkait
dengan sebuah Pernikahan, Pada saat kita telah menerima atau telah
menyatakan pernyataan cinta kepada seseorang yang kita kasihi, itu sama
artinya kita telah siap untuk membagi hati serta sebagian waktu kita
dalam mengisi hari-hari kita bersama suami/istri.
Adanya
penerimaan diri untuk membuka hati dalam menerima atau menyatakan rasa
cinta kepada seseorang, seharusnya diikuti pula oleh adanya keterbukaan
pola pikiran kita, karena sikap open minded kita, kelak akan sangat
mempengaruhi serta menentukan pada cara pandang atau pada cara kita
memandang kepribadian maupun kehidupan suami/istri kita.
ØKenapa begitu?
ØKarena
salah satu hakekat mengasihi orang lain dengan penuh ketulusan itu,
adalah mencerna terlebih dahulu baru berpendapat atau bertindak.
ØBerbuatlah karena hati kita yakin bahwa perbuatan kita itu adalah sebuah perbuatan benar.
ØJanganlah kita membangun opini pribadi yang ingin menghadirkan suatu pola pandangan sebagai sebuah pembenaran.
Cara
menentukan sikap yang didasarkan pada cara memandang kepribadian serta
kehidupan suami/istri kita, akan turut menentukan atau mempengaruhi
penilaian kita terhadapnya, yang kelak dapat berujung pada hadirnya
sikap tulus untuk mau menerima keberadaan dan kondisi suami/istri, atau
bahkan pada saat kita akan mengapresiasikan rasa sayangnya.
Hal
itu perlu kita lakukan agar kita tidak melihat kekurangan yang ada pada
suami/istri kita sebagai sesuatu yang bisa merusak hubungan cinta kasih ,
namun menghadirkan sikap diri untuk mau membantu memperbaiki atau
menutupi kekurangannya itu.{PENTING}
Sikap ini merupakan tanda
penerimaan kita, untuk mau mengenal serta perduli atas apa yang ada
dalam diri suami/istri, Sisi kekurangan dalam diri seseorang, adalah
sisi rentan yang dapat dijadikan alasan bagi seseorang untuk berubah
sikap setia,bahkan menjadikan pasangan kurang berharga di mata
kita,padahal tak ada seorangpun yang sempurna kecuali rasulullullah.
üDalam
menjalin hubungan dengan suami/istri, kita tidak boleh bersikap egois.
Kita tidak boleh banyak menuntut, memaksakan diri kita dan menganggap
diri kita adalah yang terbaik atau sebagai pribadi yang tidak memiliki
kesalahan.
üKita seharusnya sadar, bahwa kita juga bukanlah
individu yang sempurna. Jadi, ketika ingin memperbaiki kesalahan
suami/istri kita, selama kesalahan atau kekurangan dalam dirinya memang
benar-benar tidak dapat diperbaiki, maka sebaiknya kita tidak
menyederhanakan sebuah masalah dengan memvonis/memberikan hukuman yang
tidak sepantasnya diberikan kepada kesalahan yang tidak terlalu
prinsipil.
üEgoisme sikap, pada dasarnya dapat menghalangi
tumbuhnya sikap tulus di dalam diri seseorang karena sikap egois membuat
seseorang cenderung hanya memperhatikan atau mementingkan kepentingan
diri sendirinya, dan seakan-akan lupa untuk berbuat baik kepada orang
lain.
üAdanya egoisme, dapat membuat seseorang menjadi selalu
memperhitungkan setiap perbuatan yang dilakukannya kepada orang lain.
Hal tersebut justru membuat kita sulit untuk berbuat tulus pada
suami/istri kita.
èUntuk apa kita mempertahankan sikap egoisme
kita, kalau sikap egois tersebut justru membuat kita menghadapi dilema
dalam membina hubungan harmonis dengan suami/istri kita yang telah
kecewa terhadap sikap kita itu? Segala sesuatu yang kamu kehendaki
supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka.
èUntuk
apa kita lebih mementingkan diri (tidak memiliki respon baik pada
lingkungan sekitar) kita sendiri, kalau sikap egois tersebut justru
membuat suami/istri kita menjadi tidak senang sama kita? Hubungan
dengannya dapat merenggang, bahkan bisa menuai bencana,cerai
misalnya.{oh no…I don’t want}
Apabila kita memang untuk bersedia
berbagi kasih dengan orang lain (MENIKAH), maka kita juga harus bisa
menyatakan sikap sudah memutuskan tulus kita pada pasangan kita (dalam
arti positif, tentunya).Oleh karena itu hendaknya masing-masing kita
menempatkan ketulusan hati nurani pada saat menjalankannya.
Dengan
bersikap tulus, berarti kita telah memberi makna indah akan adanya
sikap menghargai orang lain, serta menghargai hubungan yang telah kita
bangun dengan kekasih hati kita{suami-istri}. Ketulusan sikap, bukan
hanya membuat orang lain senang, namun juga bisa membahagiakan diri
sendiri.Oleh karena itu, lakukanlah segala sesuatu yang bisa mendorong
kita untuk dapat mencintai suami/istri kita dengan tulus.
Bersikap
tulus memang seharusnya dijadikan budaya dalam kehidupan setiap orang
karena dengan bersikap tulus, itu sama artinya telah menyatakan
perbuatan kasih kepada orang lain. … hendaklah kamu bersungguh-sungguh
saling mengasihi dengan segenap hatimu. Selamat berbagi kasih di dalam
ketulusan (dalam arti positif tapinya yaaa…)
Sumber : www.kabarindonesia.com, dengan sedikit penambahan.