SEKAPUR SIRIH PERNIKAHAN
Menjadi istri, dan juga menjadi suami, adalah
proses pembelajaran yang terus menerus. Ia tak sekedar membutuhkan
naluri, insting atau apapun namanya, tetapi ia membutuhkan banyak hal
yang mendukungnya untuk senantiasa siap dalam kondisi belajar. Belajar
tentang apapun juga, agar pernikahan sebagai sebuah tangga pendakian
menjadi pengantar yang mengasyikkan untuk mencapai ridhaNya.
Bukan lagi sebagai sebuah siksaan, rutinitas yang menjenuhkan atau kebosanan yang dipelihara karena tak ada lagi yang lainnya. Tak ada satu orang yang berhak lebih dominan dibanding yang lainnya, atau tak ada yang boleh merasa terzhalimi oleh pasangannya. Ia adalah bejana bening yang ditentukan warna dan isinya oleh suami dan istri secara bersama-sama.
Bukan lagi sebagai sebuah siksaan, rutinitas yang menjenuhkan atau kebosanan yang dipelihara karena tak ada lagi yang lainnya. Tak ada satu orang yang berhak lebih dominan dibanding yang lainnya, atau tak ada yang boleh merasa terzhalimi oleh pasangannya. Ia adalah bejana bening yang ditentukan warna dan isinya oleh suami dan istri secara bersama-sama.
Ibarat tiang yang saling menopang, suami dan istri adalah dua tonggak
tangguh yang saling menguatkan. Ketiadaan salah satunya menjadikan tiang
lebih mungkin rapuh. Dan gampang dirobohkan.